Minggu, 21 Juli 2013

Praktik umum di PTPN VII Unit Usaha Beringin Sumatera Selatan




Saya akan menuangkan tulisan saya di blog saya ini tentang praktik Umum saya di PTPN VII Unit Usaha Beringin Sumatera Selatan pada Bulan Juni 2010 yang silam. Memang agak jadul tapi saya ingin membagi ilmu pengetahuan dan pengalaman saya waktu di Sumatera Selatan Kemarin. Ya, sekedar iseng-iseng aja menuliskan di blog yang baru 3 bulan ini saya buat. Semoga bermanfaat dan dapat diambil hikmatnya dari pengalaman saya ini. Oh, ya saya lupa sekedar memberitahukan saja masa kerja selama di PTPN VII Unit Usaha Beringin ini 40 hari tanpa dihitung hari sabat, yaitu minggu. Selamat menikmati pembaca *.^



 Latar Belakang dan masalah

      Karet termasuk famili Euphorbiacea atau tanaman getah-getahan karena famili ini mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah (lateks) dan getah tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai. Mengingat manfaat dan kegunaannya, tanaman ini digolongkan ke dalam tanaman industri. Tanaman karet berasal dari lembah Amazone. Tanaman karet pertama kali diintroduksi ke Asia Tenggara pada tahun 1876, kemudian atas perkembangan industri mobil dan meningkatnya permintaan karet alam maka perkebunan karet cepat meluas ke seluruh penjuru dunia. Kegunaan produk lateks terbesar adalah dalam industri ban mobil yang mengkonsumsi 60%-70% dari produk total dunia ( Syamsulbahri, 1996).

      Karet hevea di perkebunan di Indonesia sejak tahun 1990, karena harus diremajakan setiap 25-30 tahun, tanaman karet yang ada pada waktu itu merupakan generasi tanaman yang ke-3 atau ke-4. Perkebunan karet yang tertua di Jawa, yang mungkin juga tertua di dunia, adalah perkebunan karet Ficus (Ficus elastica) di Pamanukan dan Ciasem (Jawa Barat), yang didirikan pada tahun 1864. Perkebunan karet hevea (Hevea brasiliensis) dimulai di Sumatera Utara pada tahun 1903 dan di Jawa tahun 1906.

      Sepanjang sejarah, penyakit tumbuhan selalu mengancam perkebunan di Indonesia. Pada tahun 1920-an penyakit tepung mulai berkembang secara epidemi di perkebunan karet. Di dalam budidaya karet, penyakit akar putih adalah penyakit yang paling merugikan diantara penyakit-penyakit akar yang dikenal. Penyakit akar putih disebabkan oleh cendawan Rigidoporus microporus. Penyakit lain yang menyerang karet antara lain adalah penyakit akar merah yang disebabkan oleh Ganoderma pseudoferreum, penyakit akar coklat disebabkan oleh Fomes nexius, kanker bercak disebabkan oleh Phytopthora palmivora dan Pythium vexans, jamur upas disebabkan oleh  Upasia salmonicolor, penyakit tepung disebabkan oleh Oidium heveae.  Hama-hama yang menyerang karet yaitu (Tarsononemus translucens Gr., Tetranychus bimaculatus Hrv. dan Tenuipalpus obovatus Down.), rayap (Microtermes inspiratus dan Captotermes curvigatus), siput atau bekicot (Achatina fulica) dan uret (Psilopholis grandis) (Semangun, 1991)

1.2 Tujuan Praktik Umum  

Kegiatan Praktik Umum ini bertujuan untuk :
  1. Mengetahui hama-hama dan penyakit yang menyerang tanaman karet di areal perkebunan PTP Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Beringin.
  2. Memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang pengelolaan hama dan penyakit tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) di PTP Nusantara VII (Persero) Unit usaha Beringin.

1.3.  Waktu dan Tempat

      Kegiatan praktik umum ini dilaksanakan di Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII Unit Usaha Beringin, Jalan Baturaja_Prabumulih km 52 Desa Karang Agung Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan terhitung mulai tanggal 2 Juli hingga 21 Agustus 2010.

1.4.  Metode Praktik Umum

      Metode yang akan diterapkan dalam praktik umum ini adalah :

1.4.1.      Pengumpulan data

      Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data primer    
tentang PTP Nusantara VII Unit Usaha Beringin dan data yang terkait dengan pengelolaaan hama yang terdapat di PTP Nusantara VII Beringin .

1.4.2.      Studi Pustaka

      Studi pustaka ditujukan untuk mendapatkan informasi yang berkaitan
dengan pengelolaaan hama tanaman karet yang ada di PTP Nusantara VII Unit Usaha Beringin.                                                                                             
1.4.3.      Magang
      Magang dilakukan di bawah pengawasan pembimbing, yaitu dengan melakukan pengamatan tentang  pengelolaan hama tanaman karet di PTP Nusantara VII Beringin.

1.4.4.      Konsultasi

      Konsultasi dilakukan dengan pembimbing dan karyawan-karyawan di lingkungan praktik umum untuk mendapatkan informasi tentang hal-hal yang terkait atau mendukung kegiatan praktik umum, khususnya mengenai pengelolaan hama tanaman karet di PTP Nusantara VII.

1.4.5.      Diskusi

      Diskusi dilakukan dengan pembimbing untuk mendapatkan kelengkapan data dan informasi yang akan digunakan sebagai bahan pembuatan laporan praktik umum.

1.5. Jadwal Kegiatan

      Kegiatan praktik umum ini meliputi wawancara dengan staf atau pengelola

PTP Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Beringin, Sumatera Selatan untuk

mendapatkan gambaran umum PTP Nusantara VII (Persero) Unit Usaha

Beringin, Sumatera Selatan, struktur organisasi, tata kerja dan kegiatan

yang dilakukan di lapang.

Kegiatan lainnya adalah kegiatan mandiri untuk pembuatan laporan Praktik Umum yang telah dilaksanakan dengan literatur yang telah ada. 

3.1  Hasil Pengamatan
 
      Hasil yang diperoleh selama praktik umum berupa pengelolaan hama dan penyakit tanaman karet.

3.1.1.  Hama dan Penyakit Tanaman Karet


Hama Penting Tanaman Karet Belum Menghasilkan (TBM)

1.      Babi Hutan

      Tanaman karet sering mengalami kerusakan akibat serangan babi hutan, celeng, bagong (Sus sctrofa vittatus) terutama pada saat peremajaan tanaman dan pertanaman muda yang berbatasan dengan hutan. Kerusakan tanaman karet akibat serangana babi terutama disebabkan oleh aktivitas mencari makan. Biasanya babi mencari makan dengan menggali tanah untuk mencari cacing tanah atau serangga tanah, akibatnya akar tanaman karet menjadi rusak, sehingga menyebabkan penyerapan unsur hara dan ait dari tanah menjadi terhambar. Akibat lain dari kerusakan ini adalah tanaman menjadi rentan sehingga memudahkan tanaman terserangan oleh hama atau penyakit. Kerusakan akibat pencarian makan biasanya disebut kerusakan tidak langsung. Sedangkan kerusakan langsung akibat serangan babi terutama pada pertanaman karet yang masih muda. Babi biasanya menyukai akar, kulit batang, batang dan daun dari tanaman yang masih muda.

Akibat Serangan

      Akibat serangan babi, tanah di sekitar tanaman dan akar tanaman menjadi rusak, apabila tanaman muda yang terserang bisa menyebabkan tanaman menjadi tumbang. Tanaman yang akarnya tusak, daunnya menjadi layu dan kuning.

2.      Kera dan Beruk

      Pohon karet yang masih muda tampak berdaun muda. Cabang dan batangnya tampak seperti digigit atau digerogoti binatang terlebih pada tanaman yang dekat hutan. Penyebabnya adalah kera (Macaca fascicularis) dan beruk (Macaca memestina). Binatang ini banyak dijumpai di hutan-hutan Sumatera dan Kalimantan. Cara hidupnya bergerombol. Makanannya buah-buahan di hutan serta daun tumbuh-tumbuhan yang muda. Kera dan Beruk memakan daun muda. Serangan yang paling berat dijumpai dikebun karet yang dekat dengan hutan atau kebun yang ditanami sela seperti tanaman pangan dan buah-buahan.

3.      Kambing/Sapi

      Serupa dengan halnya serangan monyet, kambing/sapi sangat suka memakan daun karet terutama tanaman karet yang masih muda yang masih pendek untuk dicapai kambing dari bawah. Ada kalanya tanaman menjadi patah karena didorong oleh kambing/sapi dalam usahanya untuk mencapai daun-daun muda dipucuk tanaman. Akibat gangguan kambing/sapi ini pertumbuhan tanaman sangat terhambat.

1.      Rusa dan kijang

Tanaman tidak berdaun. Batang tampak bekas gigitan binatang. Penyebabnya adalah rusa (Rusa timorensis atau Rusa equine) dan kijang (Muntiacus muntjak). Binatang ini banyak dijumpai di beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan. Rusa hidupnya berpasangan atau menyendiri di dalam hutan atau semak belukar. Seangkan kijang selalu hidup bergerombolan. Rusa dan kijang biasanya memakan daun tanaman karet hingga tanaman karet mati akibat racun dari air liur binatang ini. Selain daun, batang pun digerogoti, umumnya kebun mendapat serangan berat atau kebun yang dekat dengan hutan atau semak belukar.

Penyakit Penting Tanaman Karet Belum Menghasilkan (TBM)

1.      Jamur Akar Putih (JAP)

      Penyakit Jamur Akar Putih disebabkan oleh Rigidoporus lignosus atau R. microporus yang menyerang akar tunggang maupun akar lateral. Penyakit ini dapat mengakibatkan kematian tanaman dengan intensitas yang sangat tinggi terutama pada tanaman karet yang berumur 2-4 tahun. Serangan dapat terjadi mulai pada pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM) sampai tanaman menghasikan (TM). Pada permukaan akar terserang ditumbuhi benang-benang jamur berwarna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar rambut. Benang-benang tersebut menempel kuat pada akar sehingga sulit dilepas. Akar tanaman yang sakit akhirnya membusuk, lunak dan berwarna coklat. Gejala ini baru terlihat apabila daerah perakaran dibuka. Tanaman yang terserang daun-daunnya berwarna hijau kusam, layu dan gugur, kemudian diikuti dengan kematian tanaman. Jamur ini menular melalui kontak langsung antara akar atau tunggul yang  sakit dengan akar tanaman sehat. Spora dapat juga disebarkan oleh
angin yang jatuh di tunggul dan sisa kayu akan tumbuh membentuk koloni. Umumnya penyakit akar terjadi pada pertanaman bekas hutan atau tanaman, karena banyak tunggul dan sisa-sisa akar sakit dari tanaman sebelumnya yang tertinggal di dalam tanah yang menjadi sumber penyakit.

2.      Jamur Upas

      Penyakit jamur upas disebabkan oleh Corticium salmonicolor yang menyerang batang, cabang, dan ranting. Pada pangkal atau bagian atas percabangan tampak benang-benang berwarna putih seperti sutera. Sekumpulan benang ini selanjutnya membentuk lapisan kerak berwarna merah jambu, kadang-kadang pada permukaan kulit keluar cairan lateks berwarna coklat kehitaman yang meleleh di permukaan bagian yang terserang. Kulit dan kayu tanaman yang terserang akan membusuk, mengering dan berwarna hitam. Pada serangan lanjut, bagian tanaman yang terserang akan mati atau membusuk sehingga mudah patah oleh hembusan angin. Penyakit ini sering dijumpai pada klon-klon yang tertajuk rindang dan tanaman muda umur 3-7 tahun terutama di daerah yang memiliki curah hujan tinggi dan kelembaban tinggi.
Penyakit ini umumnya berkembang pada musim hujan atau pada areal yang selalu
lembab. Penularan penyakit jamur upas melalui penyebaran spora oleh angin. Pada lapisan kerak berwarna merah pada kulit terserang terdapat banyak spora yang dapat tersebar bila lapisan dikerok.

  1. Penyakit Gugur

Ada tiga jenis jamur penyebab penyakit gugur daun karet yaitu: Oidium heveae,
Colletotrichum gloeosporioides dan Corynespora casiicola. Ketiga penyakit daun
tersebut dapat menyerang di pembibitan, tanaman muda, tanaman menghasilkan, tanaman tua dan di tanaman entress. Pada tanaman menghasilkan, penyakit ini dapat merugikan karena mengakibatkan daun-daun muda berguguran, yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat sehingga produksi lateks menurun bahkan tidak menghasilkan lateks sama sekali, serta produksi biji merosot. Oidium heveae dan Colletotrichum gloeosporioides menyerang pucuk dan daun muda, sedangkan Corynespora cassiicola menyerang daun muda dan daun tua. Penyakit ini dapat timbul di pembibitan, TBM, dan TM. Penyebab penyakit dapat diketahui berdasarkan gejala yang tampak pada tanaman terserang.
Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Oidium heveae dikenal juga sebagai penyakit embun tepung. Daun-daun yang berumur 1-9 hari apabila terserang permukaannya mengeriput, ujung daun mengering dan akhirnya gugur sehingga tanaman menjadi gundul. Daun-daun yang berumur 10-15 hari apabila terserang, pada jaringan daun tampak adanya bercak yang tembus cahaya/translucens –tetapi daun tidak gugur. Di bawah permukaan daun terdapat koloni bundar berwarna putih seperti tepung halus yang terdiri dari benang-benang dan spora jamur. Spora ini mudah diterbangkan oleh angin dan mudah tercuci dari permukaan daun oleh air hujan. Serangan berat terjadi apabila cuaca kering diselingi dengan hujan yang singkat pada malam atau pagi hari pada saat tanaman sedang membentuk daun-daun muda, terutama di kebun dengan ketinggian 300 meter dari permukaan laut (dpl). Penularan penyakit ini melalui spora yang diterbangkan oleh angin sehingga dapat mencapai jarak yang jauh. Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Colletotrichun gloeosporioides, pada daun muda yang terserang terlihat bercak-bercak berwarna coklat kehitaman, keriput, bagian ujungnya mati dan menggulung yang akhirnya gugur. Pada daun yang berumur lebih dari
10 hari serangan Colletotrichum gloeosporioides, menyebabkan bercak-bercak daun berwarna coklat dengan halo berwarna kuning dan permukaan daun menjadi kasar. Serangan lebih lanjut bercak tersebut menjadi berlubang. Disamping menyerang daun, C. gloeosporioides dapat pula menyerang ranting muda yang masih berwarna hijau dengan menimbulkan gejala busuk, kering dan akhirnya mati pucuk (die back). Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Corynespora cassicola diawali dengan bercak coklat dan selanjutnya berkembang menjadi guratan menyerupai tulang ikan. Bercak ini akan meluas sejajar dengan urat daun dan kadang tidak teratur. Daun menjadi kuning dan coklat kemerahan kemudian gugur. Penyebaran penyakit melalui spora yang dibawa oleh angin. Tanaman yang terserang mengalami gugur berulang kali sehingga meranggas sepanjang tahun.

4.      Oidium

      Penyakit Oidium disebabkan oleh cendawan cidium heveae menyerang daun-daun yang baru berbentuk sesudah masa gugur daun tahunan. Daun muda yang terserang menjadi lemas dan tepi-tepinya mengeriting dan warna daun berubah menjadi hitam. Daun muda berguguran tanpa ikut tangkai daun, tapi kemudian tangkai daun tersebut juga gugur. Pada permukaan bawah daun terserang, terdapat bercak-bercak putih seperti tepung halus, yaitu kumpulan daribenang-benang dan conidia dari cendawan tersebut. Pada daun-daun yang lebih tua, bercak-bercak tersebut berwarna kekuning-kuningan tapi yang gugur daun saja. Disamping daun, juga dapat diserang bunga dan buah karet sehingga biji karet menjadi berkurang. Pada serangan berat dan berkepanjangan dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan batang tanaman serta dapat menyebabkan penurunan produksi yang merugikan.

5.      Penyakit Daun Helminthosporium

      Penyakit daun ini disebabkan oleh cendawan Helminthosporium heveae, terutama menyerang daun tanaman karet di pembibitan. Pertumbuhan tanaman karet menjadi lembah dan terlambat sehingga pengokulasian terlambat serta hasil okulasi menurun. Daun-daun muda yang terserang berkeriput dan berwarna hitam. Pada daun-daun dewasa serangan ini menyebabkan terjadinya bercak-bercak bulat dengan pusat yang transparan dengan tepi bewarna coklat bergaris tengah 1-5 mm. Pada pusat brcak-bercak yang terdapat di permukaan bawah daun kadang-kadang dapat dilihat adanya titik-titik bewarna coklat tua yang merupakan spora cendawan tersebut. Penyakit ini dikenal dengan nama “bird’s eye spot” dan tidak menyebabkan pengurangan daun tapi gugur daun terjadi bila dibantu oleh serangan tungau.

Penyakit Penting Tanaman Karet Menghasilkan (TM)

      1. Mouldy Rot

      Penyakit Mouldy Rot disebabkan oleh Ceratocystis fimbriata, mula-mula tampak selaput tipis berwarna putih pada bidang sadap di dekat alur sadap. Selaput ini kemudian berkembang membentuk lapisan seperti beludru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap. Bila lapisan kelabu ini dikerok, akan tampak bintik-bintik berwarna coklat hitam. Serangan ini akan meluas hingga ke kambium dan bagian kayu. Pada serangan berat bagian yang sakit nampak membusuk dan berwarna hitam kecoklatan. Bekas serangan akan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar alur sadap. Seperti halnya kanker garis, penyakit Mouldy Rot mengakibatkan luka-luka pada bidang sadap, akibatnya bekas bidang sadap menjadi bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan berikutnya atau tidak dapat lagi disadap. Penyakit ini biasanya timbul pada musim hujan dan paling banyak di jumpai di daerah-daerah yang berkelembaban tinggi. Penularan penyakit ini melalui spora yang diterbangkan oleh angin atau melalui pisau sadap yang dipakai menyadap pohon yang sakit.

      2.Black Strip

Penyebab
Black strip menyerang bidang deresan yang berupa strip-strip merah yang memanjang dari atas ke bawah bidang deresan. Serangan yang gawat memberikan  akibat yang sama seperti serangan Mouldy Root, generasi kulit tidak dapat diharapkan baik.

      3. Lump Kanker/ Spot Kanker

Penyakit Lump Kanker ini berupa bekuan lateks terdapat di bawah kulit akibat luka-luka kayu ang terjadi oleh sesuatu hal diinfekter oleh jamur.
4. Brown Bast (B.B)

      Brown Bast adalah penyakit fisiologis akibat penderasan terlalu berat. Mula-mula pada alur deras terdapat bagian-bagian yang tidak mengeluarkan lateks yang akhirnya meluas sehingga sluruh alur deres tidak mengeluarkan lateks.
Di sekitar dan di dalam pembuluh lateks terbentuk gum (blendek) berwarna coklat. Serangan Brown Bast menyebabkan terjadinya penurunan DRC lateks.
Mula-mula pada alur sadap terdapat bagian-bagian yang berwarna coklat dan tidak mengalirkan lateks. Bagian tersebut meluas pada kulit yang semur. Brown Bast tidak dapat meluas dari kulit perawan sampai kulit pulihan atau dari kulit pulihan ke kulit pulihan lainnya karena pembuluh lateks di antara jaringan kulit yang berbeda umur terputus. Brown Bast terjadi akibat kerusakan dari pembuluh-pembuluh lateks (gangguan fisiologis), sehingga pembuluh-pembuluh lateks tersumbat, biasanya karena eksploitasi tanaman karet terlalu berat.


5. PENYAKIT BIDANG SADAP

5.1. Kanker Garis

      Penyakit kanker garis yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora diawali dengan adanya selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap. Bila dikerok, diatas irisan sadap akan tampak garis-garis tegak berwarna coklat atau hitam. Garis-garis ini akan berkembang dan berpadu satu sama lain membentuk jalur hitam yang tampak seperti retakan membujur pada kulit pulihan. Terkadang di bawah kulit pulihan akan terbentuk gumpalan lateks yang mengakibatkan pecahnya kulit, kemudian keluar tetesan lateks berwarna coklat dan berbau busuk. Penyakit ini mengakibatkan kerusakan berupa benjolan-benjolan atau cekungan-cekungan pada bekas bidang sadap lama sehingga penyadapan berikutnya sulit dilakukan. Kanker garis sering dijumpai pada kebun-kebun yang terletak di daerah beriklim basah dan kelembabannya tinggi serta tanaman yang disadap terlalu dekat dengan tanah. Penularan penyakit melalui
spora yang disebarkan oleh angin dan air hujan.

5.2  Kering Alur Sadap (KAS)

      Kering Alur Sadap merupakan penyakit fisiologis yang relatif terselubung, karena secara morfologis tanaman tampak sehat, malah seringkali menampakkan pertumbuhan tajuk yang lebih baik dibandingkan tanaman normal, tetapi kulit tidak mengeluarkan lateks bila disadap. Gejala awal sebagian alur sadap kering, kemudian lebih lanjut terlihat kulit bidang sadap kering dan pecah-pecah hingga mengelupas. Secara normal tanaman karet yang produktif melakukan regenerasi lateks tergantung dari lamanya lateks mengalir pada setiap kali penyadapan.
Penyadapan yang berlebihan sebelum regenerasi lateks dan pemberian stimulan yang berlebihan hanya mengeluarkan/membuang lebih banyak serum sehingga secara fisiologis tidak terjadi keseimbangan yang mengakibatkan sel-sel pembuluh lateks mengalami keletihan. Oleh karena ketidakseimbangan fisiologis ini menyebabkan terjadinya kerusakan inti sel yang menyebabkan terjadinya koagulasi di dalam sel pembuluh lateks sehingga daerah aliran lateks mnejadi kering karena tertutupnya jaringan pembuluh lateks. Penyebab utama terjadinya kering alur sadap adalah tidak seimbangnya antara lateks yang dieksploitasi dengan lateks yang terbentuk kembali. Intensitas kering alur sadap dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu jenis klon, sistem penyadapan, pemeliharaan tanaman dan umur tanaman. Kering alur sadap tidak menular dari satu tanaman ke tanaman lainnya tetapi secara berlahan menyebar antara panel ke panel sesuai dengan arah sadapan dan alur pembuluh lateks.

6.Angin

      Walaupun serangan angin bukan tergolong akibat penyakit tetapi dapat mengurangi produksi lateks. Serangan angin dapat membuat tanaman karet menjadi patah atau tumbang.Pengendalian angin tidak dapat dicegah karena merupakan efek dari alam.

      Berikut ini merupakan data sensus tunas yang dilakukan di pembibitan tanaman karet yang dilakukan satu minggu sekali selama tiga minggu (Tabel 5).
Tabel 5. Sensus bibit tanaman karet di kebun pembibitan Afdeling III Beringin.

Tanggal Sensus
Tanggal Tanam
26 Juni 2010
27 Juni 2010
28 Juni 2010
Mentis
Belum Mentis
Mentis
Belum Mentis
Mentis
Belum Mentis
15 Juli 2010
22 Juli 2010
29 Juli 2010
66.25%
72%
77.5%
33.75%
28%
22.5%
63.5%
64.25%
71.25%
36.5%
35.75%
28.75%
56.75%
75.75%
79.25%
43.25%
24.25%
20.75%

      Dari data sensus yang telah dilakukan di pembibitan terjadi peningkatan tunas karet yang tumbuh setiap minggunya. (Tabel 5 ). Data sensus yang dilakukan peningkatan ini membuktikan bahwa pemeliharaan pembibitan karet sudah dilakukan dengan baik. Walaupun ada gangguan-gangguan yang menyebabkan tunas tidak tumbuh mungkin bisa karena waktu diokulasi mata tunas tidak tepat ditempelkan atau karena dari bibitnya sendiri kurang bagus waktu dibeli atau tercampur dengan benih yang tidak baik.

Tabel 7. Sensus keparahan penyakit tanaman karet di kebun AUR Wilayah II
Beringin.

Tahun Tanam
Normal
JAP
Jamur Upas
Mouldy Rot
Kanker
Angin
1998 (Blok 223)

1999 (Blok 184)
68.57%

80%

14.28%

11.42%%
5.71%%

-
8.57%%

5.71%%
-

2.85%%
2.85%

-


3.2  Pembahasan

      Pengelolaan hama dan penyakit merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dari teknik budidaya tanaman. Dengan adanya hama dan penyakit, peluang untuk mendapatkan hasil maksimal akan berkurang. Usaha untuk menanggulangi masalah ini hendaknya dilaksanakan secara terpadu. Pemilihan teknik pengendalian didasarkan atas biaya atau input yang diperlukan. Pengendalian hama dan penyakit juga mempertimbangkan ekologi atau lingkungan. Penyuluh, pekerja, sasaran pengobatan dan instansi terkait semuanya bertanggung jawab atas keberhasilan penanggulanggan hama dan penyakit karet. Sebaliknya penerapan teknik yang tidak tepat justru akan mengakibatkan kerugian dari segi biaya, tenaga maupun waktu. (Wudianto,1990).
      Pengelolaan penyakit dan hama pada tanaman karet yang diterapkan di PTP Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Beringin adalah pengelolaan secara fisik, mekanik dan cara kimia dengan menggunakan pestisida maupun non kimia.

      Hama dan penyakit yang menyerang tanaman karet sejak pembibitan (TBM) hingga tanaman menjadi dewasa (TM) menyebabkan kerusakan fatal bagi tanaman karet. Oleh karena itu perlu dikontrol hama dan penyakit pada tanaman karet sejak awal tanam hingga tanaman  dewasa sangat penting.

      Kondisi cuaca di daerah khatulistiwa dicirikan oleh kelembaban tinggi suhu yang tinggi dan suhu yang tinggi. Kondisi ini sangat sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangbiakn hama dan penyakit yang menyebabkan gangguan terhadap tanaman karet alam. Sifat serangan hama pada umumnya tidak terlalu merugikan secara ekonomis seperti kutu lac (Laccifer),Meal bugs , belalang, rayap, laba-laba, semut, siput ataupun Hacoleia (Lamprosema) diemenalis. Sebaliknya serangan penyakit lebih berbahaya karena dapat menimbulkan hal yang fatal bagi pertumbuhan sekaligus produksi lateks.

      Selama pengamatan di lapang terdapat beberapa hama dan penyakit yang menyerang pertanaman karet. Hama yang ditemukan adalah babi hutan, kera dan beruk, kambing dan sapi, dan rusa atau kijang. Penyakit yang ditemukan di Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah penyakit jamur akar putih, jamur upas, penyakit gugur daun, Oidium, dan penyakit daun Helminthosporium. Penyakit yang ditemukan di Tanaman Menghasilkan (TM) adalah penyakit Mould Rot, Black strip, lump kanker atau spot kanker, Brown Bast (B.B), penyakit kanker garis, penyakit Kanker Alur Sadap (KAS), dan karena angin.
      Pengendalian dan pencegahan serangan babi hutan dilakukan dengan : Pengendalian babi hutan tergantung dari:
- Keadaan lingkungan/habitat
- Populasi
- Kerusakan
      Hal yang perlu diperhatikan dalam sistem pengendalian babi hutan adalah organisasi dan koordinasi antara pihak petani, aparat pemerintah setempat dan pihak swasta. Pengendalian babi hutan bisa dilakukan dengan beberapa cara antara lain:
- Sanitasi
1. Membersihkan semak belukar alang-alang
2.Membersihkan air yang tergenang
3. Membersihkan kebun yang kotor
- Fisik/Mekanik
1. Memagar tanaman: pagar kayu di sekitar areal tanaman, pagar individu
(jika mungkin dengan kayu, kawat anyam, pagar tutup drum)
2. Membuat parit di sekitar tanaman
3. Memasang jerat/perangkap
4. Memasang jaring
5.  Mengusir dengan bunyi-bunyian
6. Memburu dengan tumbak, tali, jaring, anjing pemburu
7.  Memasang umpan berpancing misalnya menggunakan ubi jalar, ubi kayu,
pisang, cempedak, bangkai hewan
- Biologis
1.  Parasit: Penggunaan parasit untuk mengendalikan babi kurang efektif
karena dengan cara pengendalian ini dikhawatirkan babi yang telah terparasit dan sakit bisa menularkan penyakitnya ke manusia
2. Predator: Manusia
- Kimiawi
      Penggunaan umpan beracun: Umpan dilubangi, racun dimasukkan
kemudian lubang ditutup kembali. Umpan yang telah disiapkan sebanyak
10-15 potong diletakkan pada daerah jelajah /jalan yang biasa
dilewati babi berkelompok. Pemasangan umpan sebaiknya dilakukan pada sore hari. Umpan tidak boleh disentuh dengan tangan langsung, karena bisa membahayakan. Apabila pengumpanan berhasil dan ada babi hutan yang mati, bangkainya harus segera dikubur. Jika lebih dari 3 hari, umpan tidak disentuh oleh
babi dan tanaman masih rusak segera ganti umpan. Contoh racun babi
adalah Zinc Phosphate.

      Hama lainnya yang ditemui adalah kera atau beruk. Pengendalian yang perlu dilakukan :
  1. Diusir
      Untuk mengusir kera dan beruk dari kebun karet dapat dilakukan dengan cara diburu, digantungkan kera atau beruk mati dipohon-pohn dalam kebun, atau ditaburkan kapur barus disekeliling kebun yang dekat dengan hutan. Anjing sering dipakai dalam memburu kera dan beruk.
  1. Ditangkap
      Kera atau beruk bisa ditangkap dengan jerat kawat atau jerat tali yang diletakkan atau dipasang berdekatan dengan umpan. Selain jerat hama ini bisa ditangkap engan kurungan yang terbuat dari kayu atau bambu yang di dalamnya diberi umpan sebagai pengikat. Hewan ini juga dapat diberi umpan dengan madu atau nanas.
      Pengendalian hama sapi bisa dihalau atau di usir bila ada di tanaman menghasilkan  atau disepanjang pembibitan dibuat kawat (Tumbuhan Belum Menghasilkan).
      Pengendalian hama rusa atau kijang dapat dilakukan dengan :
  1. Diusir atau dihalau
-          Rusa dan kijang diusir dengan bunyi kentungan yang dipukul pada malam hari.
-          Rusa diusir dengan bantuan anjing pemburu.
-          Disekitar kebun karet diletakkan kotoran atau kulit harimau yang dibungkus dengan kain. Bungkusan tersebut diletakkan dijalan yang dilalui oleh rusa atau kijang. Bahan lain yang bisa menggantikan kotoran harimau adalah campuran belerang dan bawang merah yang telah digiling halus dan dimasukkan ke dalam belahan jeruk nipis.
-          Untuk menghalau rusa dan kijang, disekitar areal kebun dipasang orang-orangan ini digerakkan dari suatu tempat yang tidak kelihatan oleh binatang-binatang.
-          Kebun karet dan sekitarnya dibersihkan dari semak belukar. Kebun yang dekat dengan hutan harus dijaga kebersihannya agar tidak dijadikan sarang rusa atau kijang.
  1. Dibuat pembatas
-          Dibuat pagar setinggi minimum 1,5 m dari kayu atau bambu yang disusun rapat seperti untuk mencegah babi hutan.
-          Jika cara diatas tidak efektif , dibuat tembok dari bata atau tanah yang sudah dibentuk. Pembutannya sama dengan untuk mencegah serangan babi hutan.

      Selain hama, penyakit dirasa paling banyak merugikan pihak PTP Nusantara VII. Salah satunya penyakit Jamur Akar Putih (JAP). Penyakit ini menyerang akar tanaman dan gejala awal tidak dapat terlihat karena berada didalam akar. Pengendaliannya dapat dilakukan :
1. Cara pencegahan penyakit jamur akar putih adalah:
a. Satu meter di sekitar tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa akar dan
tunggul tanaman lainnya. Sisa akar dan tunggul ini harus dibongkar dan
dibakar supaya tidak menjadi sumber penyakit.
b. Menanam tanaman penutup tanah minimal satu tahun lebih awal dari
penanaman karet. Tanaman yang dianjurkan adalah jenis kacang-kacangan
seperti Calopogonium muconoides atau C. caeruleum, Centrosema pubescens, Pueraria javanica.
c. Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma
harzianum yang telah dicampur dengan kompos sebanyak 200 gram per
lubang tanam (1 kg T. harzianum dicampur dengan 50 kg kompos/pupuk
2. Cara pengendalian penyakit jamur akar putih pada areal pertanaman karet yang
sudah terserang adalah:
a. Dari hasil pemeriksaan leher akar tanaman yang dicurigai dapat diketahui
tingkat serangan jamur akar putih. Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang harus segera dibongkar secara menyeluruh dan dibakar di luar areal pertanaman. Sisa-sisa akar harus dibersihkan kemudian bekas lubang dan 4 tanaman di sekitarnya ditaburi dengan Trichoderma harzianum yang telah dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 200 gram per lubang atau tanaman.
b. Tanaman sakit dengan tingkat serangan ringan masih dapat diselamatkan
dengan cara membuka dan membuat lubang tanam 30 cm di sekitar leher
akar dengan kedalaman sesuai serangan jamur. Benang-benang jamur yang menempel pada akar dikerok dengan alat yang sudah tumpul agar tidak melukai akar, bagian akar yang sudah busuk dipotong dan dikumpulkan untuk dibakar.
c.  Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6 bulan setelah pengolesan
dengan membuka leher akar.

      Jamur upas disebabkan oleh jamur Upasia salmonicolor, pengendalian jamur upas ini dapat dilakukan dengan cara yaitu pada daerah yang rawan penyakit ini ditanam klon yang resisten seperti AVROS 2037, BPM 1, BPM 24, dan PR 261, jarak tanam tidak terlalu rapat, pemupukan dilakukan sesuai dosis anjuran, perbaikan drainase kebun dan pengendalian gulma, pemotongan cabang yang
telah mati pada musim kemarau, pelumasan fungisida pada cabang-cabang yang menunjukkan gejala awal yaitu pada permukaan kulit sampai bagian yang masih sehat. Apabila ada bagian kulit yang busuk, harus dikupas sampai bagian yang masih sehat. Fungisida yang direkomendasikan antara lain Fylomer 90, 0,5%, Calixin RM dan Dowea 262.
      Penyakit gugur daun dapat dikendalikan dengan cara sebagai berikut: Mencegah timbulnya penyakit daun dengan menanam 3-4 jenis klon anjuran yang resisten dalam satu areal pertanaman. Klon yang dianjurkan seperti PR 261, RRIC 100, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260, klon seri IRR 00, dan IRR seri 100.
     
Selain itu penyakit yang ditemukan Oidium, penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cidium heveae menyerang daun-daun yang muda. Pemberantasan penyakit ini dilakukan dengan penyerbukan belerang atau Dithane M.45 penyerbukan dilakukan bila ±10 % dari pohon-pohon di dalam kebun telah membentuk tunas baru setelah terlihat adanya bercak-bercak oidium untuk pertama kalinya.

      Penyakit Daun Helminthosporium penyakit daun ini disebabkan oleh cendawan Helminthosporium heveae, terutama menyerang daun tanaman karet di pembibitan.
Pemberantasannya dilakukan dengan penyemprotan fungisida Carbamate yang menganung Zink dengan nama dagang ZINEB  atau yang mengandung Mangan dengan nama dagang MANEB. Kosentrasi larutan air = 0,2 % dan rotasi penyemprotan 1× seminggu. Penyemprotan dilakukan terus menerus hingga daun-daun yang baru terbentuk bebas dari bercak-bercak cendawan. Penyemprotan yang terus-menerus terutama diperlukan terhadap pembibitan yang mengalami serangan berat yang akan dipergunakan unutk pemberantasan hama penyakit tanaman. Penyakit yang disebabkan di atas ditemukan pada Tanaman Belum Menghasilkan.

      Penyakit Mouldy Rot disebabkan oleh Ceratocystis fimbriata, mula-mula tampak selaput tipis berwarna putih pada bidang sadap di dekat alur sadap.Penyakit ini ditemukan di Tumbuhan Menghasilkan (TM). Pengendaliannya dilakukan dengan :  di daerah yang beriklim basah atau daerah rawan penyakit ini dianjurkan menanam klon yang resisten seperti GT 1 atau AVROS 2037, jarak tanam tidak terlalu rapat, perbaikan drainase kebun dan pengendalian gulma, pemupukan sesuai dosis anjuran agar tanaman tetap sehat, hindari penyadapan yang terlalu dalam agar kulit cepat pulih. Setiap dilakukan penyadapan, pisau sadap dicelupkan ke dalam larutan fungisida atau desifektan untuk mencegah terjadinya penularan. Fungisida yang dianjurkan antara lain Bavistin 50 WP 2 %, Derosol 60 WP 0,1 %, Topsin M 75 WP 2%, Benlate 50 WP 0,5 %, Indofol 476 F 2%, Difolatan 4 F 2% dan Difolatan 80 WP 2 %.

      Selain penyakit Mould Rot, penyakit lump kanker ini berupa bekuan lateks terdapat di bawah kulit akibat luka-luka kayu yang terjadi oleh sesuatu hal diinfekter oleh jamur.Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan bekuan lateks yang terdapat di bawah kulit dilepaskan kemudian dikumpulkan untuk dibakar di suatu tempat. Luka-luka yang terjadi, dibersihkan sampai pada bagian yang sehat, kemudian dilumasi dengan Difolatan 1-2 %. Rotasi pengobatan sekali 2 hari sampai penyakit sembuh.

      Penyakit lain yang ditemukan adalah Black strip menyerang bidang deresan yang berupa strip-strip merah yang memanjang dari atas ke bawah bidang deresan. Pengendalian yang dilakukan dengan :
1). Bila serangan ringan
a). Segera setelah penderasan pada setiap hari deres, bidang sadapan diobati dengan Difolatan 2 % atau dengan Antimucin WBR 0,25% di atas dan di bawah derasan.
b). Pisau deras supaya didesinfacter dengan Difolatan 1% atau dengan Antimucin 0,2 % setiap ganti pokok.
c). Bila pohon yang telah sembuh maka bidang deresan ditutup Soconifet CP. 2295 A atau Grease free acid.
2). Bila serangan berat
a). Bersihkan bidang sadapan yang busuk oleh penyakit Black Strip, kemudian dilumasi dengan Difolatan 2 % atau dengan Antimucin WBR 0,25 % untuk mencegah penyebaran penyakit.
b). Pisau deres didesfinfecter setiap pindah pokok dengan Difolatan 1 % atau dengan Antimucin 0,2 %.

      Penyakit Lump Kanker ini berupa bekuan lateks terdapat di bawah kulit akibat luka-luka kayu ang terjadi oleh sesuatu hal diinfekter oleh jamur. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan : bekuan lateks yang terdapat di bawah kulit dilepaskan kemudian dikumpulkan untuk dibakar di suatu tempat. Luka-luka yang terjadi, dibersihkan sampai pada bagian yang sehat, kemudian dilumasi dengan Difolatan 1-2 %. Rotasi pengobatan sekali 2 hari sampai penyakit sembuh.

      Penyakit kanker garis yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora diawali dengan adanya selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap. Pengendalian dilakukan dengan cara pada  daerah yang sering mengalami serangan kanker garis harus menanam klon yang tahan (PR 300 dan PR 303), jarak tanam tidak terlalu rapat , pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran, hindari penyadapan yang terlalu dekat dengan tanah, pisau sadap diolesi dengan fungisida atau larutan desinfektan sebelum dilakukan penyadapan, pada tanaman yang sudah menunjukkan gejala serangan dilakukan pengolesan fungisida di sepanjang jalur selebar 5-10 cm diatas dan dibawah alur sadap
dengan kuas. Fungisida yang dianjurkan antara lain Difolatan 4F 2%, Difolatan 80 WP 2%, Demosan 0,5% atau Actidione 0,5%.

      Kering Alur Sadap merupakan penyakit fisiologis yang relatif terselubung, karena secara morfologis tanaman tampak sehat, malah seringkali menampakkan pertumbuhan tajuk yang lebih baik dibandingkan tanaman normal, tetapi kulit tidak mengeluarkan lateks bila disadap. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan:
- Menghindari penyadapan berat dan pemberian stimulan yang berlebihan.
- Waktu dan intensitas penyadapan sesuai anjuran.
- Mengikis atau mengerok kulit bidang sadap (bark scrapping) yang bergejala KAS menggunakan pisau sadap hingga kedalaman 3-4 mm dari kambium pada hari ke 0 tehnik pengikisan sama dengan prinsip penyadapan.
- Menyadap kulit sehat dapat diteruskan setelah 12 bulan sejak scrapping dilakukan dan ketebalan kulit mencapai lebih 7 mm. Penyadapan dapat dilakukan setelah kulit pulih sempurna.

4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengelolaan penyakit dan hama pada tanaman karet yang diterapkan di PTP Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Beringin adalah pengelolaan secara fisik, mekanik dan cara kimia dengan menggunakan pestisida maupun non kimia.
2. Sifat serangan hama pada umumnya tidak terlalu merugikan secara ekonomis seperti kutu lac (Laccifer),Meal bugs , belalang, rayap, laba-laba, semut, siput ataupun Hacoleia (Lamprosema) diemenalis, sebaliknya serangan penyakit lebih berbahaya karena dapat menimbulkan hal yang fatal bagi pertumbuhan sekaligus produksi lateks.
3. Dari semua penyakit yang ditemukan di tanaman karet milik PTPN VII (Persero) yang paling cukup merugikan adalah penyakit akar putih.

4.2 Saran
Saran menurut pendapat saya yang perlu dilakukan adalah :
1.Perlu dilakukan penanganan yang intensif, teratur, dan teliti dalam mengendalikan hama dan penyakit tanaman.
2. Sebaiknya dalam penyadapan sebagai pekerja bener-benar harus memperhatikan tahap-tahap dalam penyadapan sehingga produksi lateks tidak berkurang.
3. Alat-alat di pabrik harus diperhatikan sehingga sewaktu pengolahan tidak mengalami hambatan.
4. Sebelum pengelolaan sebaiknya kondisi kebersihannya harus dijaga agar menghindari infeksi yang ada sewaktu terbawa di lapang.
5. Setiap mandor wajib turut lapang dan aktif dengan pekerja sehingga apabila ada kendala-kendala dapat diberitahukan dengan mandor, dan mandor pun siap melaporkan kepada atasan untuk mencari jalan keluar yang baik.
Beberapa ini saya lampirkan sedikit foto yang saya abadikan dikamera.
 
Gambar 1. Jamur Upas pada tanaman karet di Wilayah II AUR Beringin

Gambar 2. Kering Alur Sadap (KAS)

Gambar 3. Jamur Akar Putih (JAP)

 
Gambar 4. Penyakit Brown Bast (B.B) terjadi akibat gangguan fisiologis.


Gambar 5. Penyakit Oidium di Wilayah I Senuling, tampak jelas daun muda yang terserang menjadi lemah dan tepinya mengeriting.


Gambar 6. Kondisi di pemibibitan Wilayah I Senuling


 
Gambar 7.Teknik isolasi untuk mencegah penyebaran yang disebabkan oleh penyakit akar putih.



Gambar 8. Pengendalian secara fisik yaitu dengan memagar tanaman dengan kayu untuk mencegah babi hutan.

Nah itu dia gambaran dan sejarah pengalaman serta ilmu yang saya dapat di PTPN VII, seru bukan ... Pasti nya dong ditambah lagi pengalaman kami ke daerah Senuling yang cukup jauh dari pabrik yang bisa memakan waktu sejaman lebih ditambah jalan yang berbatu, berlubang dan ditambah kalo hujan becek dah (hujan gak ada ojek hufffttt..  gaswhattttt..... nyanyi Cinta Laura Donk)  pokoknya parah bangettzz. Guesst what? Yang lebih parah lagi perjalanannya menggunakan Truk yang berisi lateks berton-ton, kebayangan gak gimana tuh jadinya, tapi justru disitulah tantangan kami yang menjadikan seru pengalaman. Seketika itu apabila tidak ada tumpangan truk kami menggunakan motor sebagai alat  transportasi,, dingin panas sudah dilalui dengan cukup gembira walaupun hati dongkol tapi ilmu dan pengalaman itu menutup rasa dari semua itu yah maklum aja kan disana bukan untuk refreshing tapi untuk belajar mendewasakan diri dan membentuk karakter. Ya begitulah suka duka saya selama praktik umum di PTPN VII Unit Usaha Beringin Sumatera  Selatan ^0^.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar