Saya akan menuangkan tulisan saya di blog saya ini tentang praktik Umum saya di PTPN VII Unit Usaha Beringin Sumatera Selatan pada Bulan Juni 2010 yang silam. Memang agak jadul tapi saya ingin membagi ilmu pengetahuan dan pengalaman saya waktu di Sumatera Selatan Kemarin. Ya, sekedar iseng-iseng aja menuliskan di blog yang baru 3 bulan ini saya buat. Semoga bermanfaat dan dapat diambil hikmatnya dari pengalaman saya ini. Oh, ya saya lupa sekedar memberitahukan saja masa kerja selama di PTPN VII Unit Usaha Beringin ini 40 hari tanpa dihitung hari sabat, yaitu minggu. Selamat menikmati pembaca *.^
Latar Belakang dan masalah
Karet
termasuk famili Euphorbiacea atau tanaman getah-getahan karena famili ini
mempunyai jaringan tanaman yang banyak mengandung getah (lateks) dan getah
tersebut mengalir keluar apabila jaringan tanaman terlukai. Mengingat manfaat
dan kegunaannya, tanaman ini digolongkan ke dalam tanaman industri. Tanaman
karet berasal dari lembah Amazone. Tanaman karet pertama kali diintroduksi ke
Asia Tenggara pada tahun 1876, kemudian atas perkembangan industri mobil dan
meningkatnya permintaan karet alam maka perkebunan karet cepat meluas ke
seluruh penjuru dunia. Kegunaan produk lateks terbesar adalah dalam industri
ban mobil yang mengkonsumsi 60%-70% dari produk total dunia ( Syamsulbahri,
1996).
Karet hevea di perkebunan di Indonesia sejak
tahun 1990, karena harus diremajakan setiap 25-30 tahun, tanaman karet yang ada
pada waktu itu merupakan generasi tanaman yang ke-3 atau ke-4. Perkebunan karet
yang tertua di Jawa, yang mungkin juga tertua di dunia, adalah perkebunan karet
Ficus (Ficus elastica) di Pamanukan
dan Ciasem (Jawa Barat), yang didirikan pada tahun 1864. Perkebunan karet hevea (Hevea brasiliensis) dimulai di Sumatera
Utara pada tahun 1903 dan di Jawa tahun 1906.
Sepanjang sejarah, penyakit tumbuhan selalu mengancam perkebunan di
Indonesia. Pada tahun 1920-an penyakit tepung mulai berkembang secara epidemi
di perkebunan karet. Di dalam budidaya karet, penyakit akar putih adalah
penyakit yang paling merugikan diantara penyakit-penyakit akar yang dikenal.
Penyakit akar putih disebabkan oleh cendawan Rigidoporus microporus. Penyakit lain yang menyerang karet antara
lain adalah penyakit akar merah yang disebabkan oleh Ganoderma pseudoferreum, penyakit akar coklat disebabkan oleh Fomes nexius, kanker bercak disebabkan
oleh Phytopthora palmivora dan Pythium vexans, jamur upas disebabkan
oleh Upasia
salmonicolor, penyakit tepung disebabkan oleh Oidium heveae. Hama-hama
yang menyerang karet yaitu (Tarsononemus
translucens Gr., Tetranychus
bimaculatus Hrv. dan Tenuipalpus
obovatus Down.), rayap (Microtermes
inspiratus dan Captotermes curvigatus),
siput atau bekicot (Achatina fulica)
dan uret (Psilopholis grandis)
(Semangun, 1991)
1.2
Tujuan Praktik Umum
Kegiatan Praktik Umum ini bertujuan untuk :
- Mengetahui hama-hama dan penyakit yang menyerang tanaman karet di areal perkebunan PTP Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Beringin.
- Memperoleh pengetahuan dan pengalaman tentang pengelolaan hama dan penyakit tanaman karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) di PTP Nusantara VII (Persero) Unit usaha Beringin.
1.3. Waktu dan Tempat
Kegiatan praktik umum
ini dilaksanakan di Perusahaan Perseroan (Persero) PT Perkebunan Nusantara VII
Unit Usaha Beringin, Jalan Baturaja_Prabumulih km 52 Desa Karang Agung
Kecamatan Lubai Kabupaten Muara Enim, Sumatra Selatan terhitung mulai tanggal 2
Juli hingga 21 Agustus 2010.
1.4. Metode Praktik Umum
Metode yang akan diterapkan dalam praktik umum ini
adalah :
1.4.1. Pengumpulan
data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara
mengumpulkan data primer
tentang PTP
Nusantara VII Unit Usaha Beringin dan data yang terkait dengan pengelolaaan
hama yang terdapat di PTP Nusantara VII Beringin .
1.4.2. Studi
Pustaka
Studi pustaka ditujukan untuk mendapatkan
informasi yang berkaitan
dengan
pengelolaaan hama tanaman karet yang ada di PTP Nusantara VII Unit Usaha Beringin.
1.4.3. Magang
Magang dilakukan di bawah pengawasan
pembimbing, yaitu dengan melakukan pengamatan tentang pengelolaan hama tanaman karet di PTP
Nusantara VII Beringin.
1.4.4. Konsultasi
Konsultasi dilakukan dengan pembimbing
dan karyawan-karyawan di lingkungan praktik umum untuk mendapatkan informasi
tentang hal-hal yang terkait atau mendukung kegiatan praktik umum, khususnya
mengenai pengelolaan hama tanaman karet di PTP Nusantara VII.
1.4.5. Diskusi
Diskusi dilakukan dengan pembimbing untuk
mendapatkan kelengkapan data dan informasi yang akan digunakan sebagai bahan
pembuatan laporan praktik umum.
1.5. Jadwal Kegiatan
Kegiatan praktik umum ini
meliputi wawancara dengan staf atau pengelola
PTP Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Beringin, Sumatera Selatan untuk
mendapatkan gambaran umum PTP Nusantara VII (Persero) Unit Usaha
Beringin, Sumatera Selatan, struktur organisasi, tata kerja dan kegiatan
yang dilakukan di lapang.
Kegiatan lainnya adalah kegiatan mandiri untuk
pembuatan laporan Praktik Umum yang telah dilaksanakan dengan literatur yang
telah ada.
3.1 Hasil
Pengamatan
Hasil yang diperoleh selama
praktik umum berupa pengelolaan hama dan penyakit tanaman karet.
3.1.1. Hama dan Penyakit Tanaman
Karet
Hama Penting Tanaman Karet Belum Menghasilkan (TBM)
1.
Babi Hutan
Tanaman karet sering mengalami kerusakan akibat serangan babi hutan,
celeng, bagong (Sus sctrofa vittatus) terutama pada saat peremajaan
tanaman dan pertanaman muda yang berbatasan dengan hutan. Kerusakan tanaman
karet akibat serangana babi terutama disebabkan oleh aktivitas mencari makan.
Biasanya babi mencari makan dengan menggali tanah untuk mencari cacing tanah
atau serangga tanah, akibatnya akar tanaman karet menjadi rusak, sehingga
menyebabkan penyerapan unsur hara dan ait dari tanah menjadi terhambar. Akibat
lain dari kerusakan ini adalah tanaman menjadi rentan sehingga memudahkan
tanaman terserangan oleh hama
atau penyakit. Kerusakan akibat pencarian makan biasanya disebut kerusakan
tidak langsung. Sedangkan kerusakan langsung akibat serangan babi terutama pada
pertanaman karet yang masih muda. Babi biasanya menyukai akar, kulit batang,
batang dan daun dari tanaman yang masih muda.
Akibat Serangan
Akibat serangan babi, tanah di sekitar tanaman dan akar tanaman menjadi
rusak, apabila tanaman muda yang terserang bisa menyebabkan tanaman menjadi
tumbang. Tanaman yang akarnya tusak, daunnya menjadi layu dan kuning.
2. Kera
dan Beruk
Pohon karet yang masih muda tampak berdaun
muda. Cabang dan batangnya tampak seperti digigit atau digerogoti binatang
terlebih pada tanaman yang dekat hutan. Penyebabnya adalah kera (Macaca fascicularis) dan beruk (Macaca memestina). Binatang ini banyak
dijumpai di hutan-hutan Sumatera dan Kalimantan.
Cara hidupnya bergerombol. Makanannya buah-buahan di hutan serta daun
tumbuh-tumbuhan yang muda. Kera dan Beruk memakan daun muda. Serangan yang
paling berat dijumpai dikebun karet yang dekat dengan hutan atau kebun yang
ditanami sela seperti tanaman pangan dan buah-buahan.
3. Kambing/Sapi
Serupa dengan halnya serangan monyet,
kambing/sapi sangat suka memakan daun karet terutama tanaman karet yang masih
muda yang masih pendek untuk dicapai kambing dari bawah. Ada kalanya tanaman menjadi patah karena
didorong oleh kambing/sapi dalam usahanya untuk mencapai daun-daun muda dipucuk
tanaman. Akibat gangguan kambing/sapi ini pertumbuhan tanaman sangat terhambat.
1. Rusa
dan kijang
Tanaman
tidak berdaun. Batang tampak bekas gigitan binatang. Penyebabnya adalah rusa (Rusa timorensis atau Rusa equine) dan kijang (Muntiacus
muntjak). Binatang ini banyak dijumpai di beberapa daerah di Sumatera dan Kalimantan. Rusa hidupnya berpasangan atau menyendiri di
dalam hutan atau semak belukar. Seangkan kijang selalu hidup bergerombolan. Rusa
dan kijang biasanya memakan daun tanaman karet hingga tanaman karet mati akibat
racun dari air liur binatang ini. Selain daun, batang pun digerogoti, umumnya
kebun mendapat serangan berat atau kebun yang dekat dengan hutan atau semak
belukar.
Penyakit Penting Tanaman Karet Belum
Menghasilkan (TBM)
1. Jamur
Akar Putih (JAP)
Penyakit Jamur Akar Putih disebabkan oleh Rigidoporus lignosus atau
R. microporus yang menyerang akar tunggang maupun akar lateral. Penyakit
ini dapat mengakibatkan kematian tanaman dengan intensitas yang sangat
tinggi terutama pada tanaman karet yang berumur 2-4 tahun. Serangan
dapat terjadi mulai pada pembibitan, tanaman belum menghasilkan (TBM)
sampai tanaman menghasikan (TM). Pada permukaan akar terserang ditumbuhi
benang-benang jamur berwarna putih kekuningan dan pipih menyerupai akar
rambut. Benang-benang tersebut menempel kuat pada akar sehingga sulit
dilepas. Akar tanaman yang sakit akhirnya membusuk, lunak dan berwarna coklat.
Gejala ini baru terlihat apabila daerah perakaran dibuka. Tanaman
yang terserang daun-daunnya berwarna hijau kusam, layu dan gugur, kemudian diikuti
dengan kematian tanaman. Jamur ini menular melalui kontak langsung antara akar atau
tunggul yang sakit dengan akar tanaman
sehat. Spora dapat juga disebarkan oleh
angin yang jatuh di tunggul dan sisa kayu
akan tumbuh membentuk koloni. Umumnya penyakit akar terjadi pada pertanaman
bekas hutan atau tanaman, karena banyak tunggul dan sisa-sisa akar sakit dari
tanaman sebelumnya yang tertinggal di dalam tanah yang menjadi sumber penyakit.
2. Jamur
Upas
Penyakit jamur upas disebabkan oleh Corticium salmonicolor yang
menyerang batang, cabang, dan ranting. Pada pangkal atau bagian atas
percabangan tampak benang-benang berwarna putih seperti sutera. Sekumpulan
benang ini selanjutnya membentuk lapisan kerak berwarna merah jambu,
kadang-kadang pada permukaan kulit keluar cairan lateks berwarna coklat
kehitaman yang meleleh di permukaan bagian yang terserang. Kulit dan kayu
tanaman yang terserang akan membusuk, mengering dan berwarna hitam. Pada serangan
lanjut, bagian tanaman yang terserang akan mati atau membusuk sehingga mudah
patah oleh hembusan angin. Penyakit ini sering dijumpai pada klon-klon yang tertajuk
rindang dan tanaman muda umur 3-7 tahun terutama di daerah yang memiliki curah
hujan tinggi dan kelembaban tinggi.
Penyakit ini umumnya berkembang pada
musim hujan atau pada areal yang selalu
lembab. Penularan penyakit jamur upas
melalui penyebaran spora oleh angin. Pada lapisan kerak berwarna merah pada
kulit terserang terdapat banyak spora yang dapat tersebar bila lapisan dikerok.
- Penyakit Gugur
Ada tiga jenis jamur penyebab penyakit gugur daun karet yaitu: Oidium
heveae,
Colletotrichum gloeosporioides dan Corynespora casiicola. Ketiga penyakit daun
tersebut dapat menyerang di pembibitan,
tanaman muda, tanaman menghasilkan, tanaman tua dan di tanaman entress. Pada
tanaman menghasilkan, penyakit ini dapat merugikan karena mengakibatkan
daun-daun muda berguguran, yang mengakibatkan pertumbuhan tanaman terhambat
sehingga produksi lateks menurun bahkan tidak menghasilkan lateks sama sekali,
serta produksi biji merosot. Oidium heveae dan Colletotrichum
gloeosporioides menyerang pucuk dan daun muda, sedangkan Corynespora
cassiicola menyerang daun muda dan daun tua. Penyakit ini dapat timbul di
pembibitan, TBM, dan TM. Penyebab penyakit dapat diketahui berdasarkan gejala
yang tampak pada tanaman terserang.
Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Oidium
heveae dikenal juga sebagai penyakit embun tepung. Daun-daun yang berumur
1-9 hari apabila terserang permukaannya mengeriput, ujung daun mengering dan
akhirnya gugur sehingga tanaman menjadi gundul. Daun-daun yang berumur 10-15
hari apabila terserang, pada jaringan daun tampak adanya bercak yang tembus
cahaya/translucens –tetapi daun tidak
gugur. Di bawah permukaan daun terdapat koloni bundar berwarna putih seperti
tepung halus yang terdiri dari benang-benang dan spora jamur. Spora ini mudah
diterbangkan oleh angin dan mudah tercuci dari permukaan daun oleh air hujan.
Serangan berat terjadi apabila cuaca kering diselingi dengan hujan yang singkat
pada malam atau pagi hari pada saat tanaman sedang membentuk daun-daun muda,
terutama di kebun dengan ketinggian 300 meter dari permukaan laut (dpl).
Penularan penyakit ini melalui spora yang diterbangkan oleh angin sehingga
dapat mencapai jarak yang jauh. Penyakit gugur daun yang disebabkan oleh Colletotrichun
gloeosporioides, pada daun muda yang terserang terlihat bercak-bercak
berwarna coklat kehitaman, keriput, bagian ujungnya mati dan menggulung yang
akhirnya gugur. Pada daun yang berumur lebih dari
10 hari serangan Colletotrichum
gloeosporioides, menyebabkan bercak-bercak daun berwarna coklat dengan halo
berwarna kuning dan permukaan daun menjadi kasar. Serangan lebih lanjut bercak
tersebut menjadi berlubang. Disamping menyerang daun, C. gloeosporioides
dapat pula menyerang ranting muda yang masih berwarna hijau dengan menimbulkan
gejala busuk, kering dan akhirnya mati pucuk (die back). Penyakit gugur
daun yang disebabkan oleh Corynespora cassicola diawali dengan bercak coklat
dan selanjutnya berkembang menjadi guratan menyerupai tulang ikan. Bercak ini akan
meluas sejajar dengan urat daun dan kadang tidak teratur. Daun menjadi kuning
dan coklat kemerahan kemudian gugur. Penyebaran penyakit melalui spora yang
dibawa oleh angin. Tanaman yang terserang mengalami gugur berulang kali
sehingga meranggas sepanjang tahun.
4.
Oidium
Penyakit Oidium disebabkan oleh cendawan
cidium heveae menyerang daun-daun yang baru berbentuk sesudah masa gugur
daun tahunan. Daun muda yang terserang menjadi lemas dan tepi-tepinya
mengeriting dan warna daun berubah menjadi hitam. Daun muda berguguran tanpa
ikut tangkai daun, tapi kemudian tangkai daun tersebut juga gugur. Pada
permukaan bawah daun terserang, terdapat bercak-bercak putih seperti tepung
halus, yaitu kumpulan daribenang-benang dan conidia dari cendawan tersebut.
Pada daun-daun yang lebih tua, bercak-bercak tersebut berwarna
kekuning-kuningan tapi yang gugur daun saja. Disamping daun, juga dapat diserang
bunga dan buah karet sehingga biji karet menjadi berkurang. Pada serangan berat
dan berkepanjangan dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan batang tanaman
serta dapat menyebabkan penurunan produksi yang merugikan.
5.
Penyakit Daun Helminthosporium
Penyakit daun ini disebabkan oleh
cendawan Helminthosporium heveae,
terutama menyerang daun tanaman karet di pembibitan. Pertumbuhan tanaman karet
menjadi lembah dan terlambat sehingga pengokulasian terlambat serta hasil
okulasi menurun. Daun-daun muda yang terserang berkeriput dan berwarna hitam.
Pada daun-daun dewasa serangan ini menyebabkan terjadinya bercak-bercak bulat
dengan pusat yang transparan dengan tepi bewarna coklat bergaris tengah 1-5 mm.
Pada pusat brcak-bercak yang terdapat di permukaan bawah daun kadang-kadang
dapat dilihat adanya titik-titik bewarna coklat tua yang merupakan spora
cendawan tersebut. Penyakit ini dikenal dengan nama “bird’s eye spot” dan tidak menyebabkan pengurangan daun tapi gugur
daun terjadi bila dibantu oleh serangan tungau.
Penyakit Penting Tanaman Karet Menghasilkan (TM)
1. Mouldy Rot
Penyakit Mouldy Rot disebabkan
oleh Ceratocystis fimbriata, mula-mula tampak selaput tipis berwarna
putih pada bidang sadap di dekat alur sadap. Selaput ini kemudian berkembang
membentuk lapisan seperti beludru berwarna kelabu sejajar dengan alur sadap.
Bila lapisan kelabu ini dikerok, akan tampak bintik-bintik berwarna coklat
hitam. Serangan ini akan meluas hingga ke kambium dan bagian kayu. Pada
serangan berat bagian yang sakit nampak membusuk dan berwarna hitam kecoklatan.
Bekas serangan akan membentuk cekungan berwarna hitam seperti melilit sejajar
alur sadap. Seperti halnya kanker garis, penyakit Mouldy Rot mengakibatkan luka-luka pada bidang sadap, akibatnya
bekas bidang sadap menjadi bergelombang sehingga menyulitkan penyadapan
berikutnya atau tidak dapat lagi disadap. Penyakit ini biasanya timbul pada musim
hujan dan paling banyak di jumpai di daerah-daerah yang berkelembaban tinggi. Penularan
penyakit ini melalui spora yang diterbangkan oleh angin atau melalui pisau sadap
yang dipakai menyadap pohon yang sakit.
2.Black
Strip
Penyebab
Black strip menyerang bidang deresan yang berupa
strip-strip merah yang memanjang dari atas ke bawah bidang deresan. Serangan
yang gawat memberikan akibat yang sama
seperti serangan Mouldy Root,
generasi kulit tidak dapat diharapkan baik.
3. Lump Kanker/ Spot Kanker
Penyakit
Lump Kanker ini berupa bekuan lateks terdapat di bawah kulit akibat luka-luka
kayu ang terjadi oleh sesuatu hal diinfekter oleh jamur.
4. Brown Bast (B.B)
Brown
Bast adalah
penyakit fisiologis akibat penderasan terlalu berat. Mula-mula pada alur deras
terdapat bagian-bagian yang tidak mengeluarkan lateks yang akhirnya meluas
sehingga sluruh alur deres tidak mengeluarkan lateks.
Di
sekitar dan di dalam pembuluh lateks terbentuk gum (blendek) berwarna coklat.
Serangan Brown Bast menyebabkan
terjadinya penurunan DRC lateks.
Mula-mula
pada alur sadap terdapat bagian-bagian yang berwarna coklat dan tidak
mengalirkan lateks. Bagian tersebut meluas pada kulit yang semur. Brown Bast tidak dapat meluas dari kulit
perawan sampai kulit pulihan atau dari kulit pulihan ke kulit pulihan lainnya
karena pembuluh lateks di antara jaringan kulit yang berbeda umur terputus. Brown Bast terjadi akibat kerusakan dari
pembuluh-pembuluh lateks (gangguan fisiologis), sehingga pembuluh-pembuluh
lateks tersumbat, biasanya karena eksploitasi tanaman karet terlalu berat.
5. PENYAKIT BIDANG SADAP
5.1. Kanker Garis
Penyakit kanker garis yang disebabkan oleh Phytophthora palmivora diawali
dengan adanya selaput tipis berwarna putih dan tidak begitu jelas menutupi alur
sadap. Bila dikerok, diatas irisan sadap akan tampak garis-garis tegak berwarna
coklat atau hitam. Garis-garis ini akan berkembang dan berpadu satu sama lain
membentuk jalur hitam yang tampak seperti retakan membujur pada kulit pulihan.
Terkadang di bawah kulit pulihan akan terbentuk gumpalan lateks yang
mengakibatkan pecahnya kulit, kemudian keluar tetesan lateks berwarna coklat
dan berbau busuk. Penyakit ini mengakibatkan kerusakan berupa benjolan-benjolan
atau cekungan-cekungan pada bekas bidang sadap lama sehingga penyadapan
berikutnya sulit dilakukan. Kanker garis sering dijumpai pada kebun-kebun yang
terletak di daerah beriklim basah dan kelembabannya tinggi serta tanaman yang
disadap terlalu dekat dengan tanah. Penularan penyakit melalui
spora yang disebarkan oleh angin dan air
hujan.
5.2
Kering Alur Sadap (KAS)
Kering Alur Sadap merupakan penyakit fisiologis yang relatif
terselubung, karena secara morfologis tanaman tampak sehat, malah seringkali
menampakkan pertumbuhan tajuk yang lebih baik dibandingkan tanaman normal,
tetapi kulit tidak mengeluarkan lateks bila disadap. Gejala awal sebagian alur
sadap kering, kemudian lebih lanjut terlihat kulit bidang sadap kering dan
pecah-pecah hingga mengelupas. Secara normal tanaman karet yang produktif
melakukan regenerasi lateks tergantung dari lamanya lateks mengalir pada setiap
kali penyadapan.
Penyadapan yang berlebihan sebelum
regenerasi lateks dan pemberian stimulan yang berlebihan hanya
mengeluarkan/membuang lebih banyak serum sehingga secara fisiologis tidak
terjadi keseimbangan yang mengakibatkan sel-sel pembuluh lateks mengalami
keletihan. Oleh karena ketidakseimbangan fisiologis ini menyebabkan terjadinya
kerusakan inti sel yang menyebabkan terjadinya koagulasi di dalam sel pembuluh
lateks sehingga daerah aliran lateks mnejadi kering karena tertutupnya jaringan
pembuluh lateks. Penyebab utama terjadinya kering alur sadap adalah tidak
seimbangnya antara lateks yang dieksploitasi dengan lateks yang terbentuk
kembali. Intensitas kering alur sadap dipengaruhi oleh berbagai faktor yaitu
jenis klon, sistem penyadapan, pemeliharaan tanaman dan umur tanaman. Kering
alur sadap tidak menular dari
satu tanaman ke tanaman lainnya tetapi secara berlahan menyebar antara panel ke
panel sesuai dengan arah sadapan dan alur pembuluh lateks.
6.Angin
Walaupun serangan angin bukan tergolong akibat penyakit tetapi dapat
mengurangi produksi lateks. Serangan angin dapat membuat tanaman karet menjadi
patah atau tumbang.Pengendalian angin tidak dapat dicegah karena merupakan efek
dari alam.
Berikut ini merupakan data sensus tunas
yang dilakukan di pembibitan tanaman karet yang dilakukan satu minggu sekali
selama tiga minggu (Tabel 5).
Tabel 5. Sensus
bibit tanaman karet di kebun pembibitan Afdeling III Beringin.
Tanggal
Sensus
|
Tanggal
Tanam
|
|||||
26
Juni 2010
|
27
Juni 2010
|
28
Juni 2010
|
||||
Mentis
|
Belum
Mentis
|
Mentis
|
Belum
Mentis
|
Mentis
|
Belum
Mentis
|
|
15 Juli 2010
22 Juli 2010
29 Juli 2010
|
66.25%
72%
77.5%
|
33.75%
28%
22.5%
|
63.5%
64.25%
71.25%
|
36.5%
35.75%
28.75%
|
56.75%
75.75%
79.25%
|
43.25%
24.25%
20.75%
|
Dari data sensus yang telah dilakukan di
pembibitan terjadi peningkatan tunas karet yang tumbuh setiap minggunya. (Tabel
5 ). Data sensus yang dilakukan peningkatan ini membuktikan bahwa pemeliharaan
pembibitan karet sudah dilakukan dengan baik. Walaupun ada gangguan-gangguan
yang menyebabkan tunas tidak tumbuh mungkin bisa karena waktu diokulasi mata
tunas tidak tepat ditempelkan atau karena dari bibitnya sendiri kurang bagus
waktu dibeli atau tercampur dengan benih yang tidak baik.
Tabel 7. Sensus keparahan penyakit tanaman
karet di kebun AUR Wilayah II
Beringin.
Tahun Tanam
|
Normal
|
JAP
|
Jamur
Upas
|
Mouldy
Rot
|
Kanker
|
Angin
|
1998 (Blok 223)
1999 (Blok 184)
|
68.57%
80%
|
14.28%
11.42%%
|
5.71%%
-
|
8.57%%
5.71%%
|
-
2.85%%
|
2.85%
-
|
3.2 Pembahasan
Pengelolaan hama dan penyakit merupakan suatu hal yang
tidak dapat dipisahkan dari teknik budidaya tanaman. Dengan adanya hama dan penyakit, peluang
untuk mendapatkan hasil maksimal akan berkurang. Usaha untuk menanggulangi
masalah ini hendaknya dilaksanakan secara terpadu. Pemilihan teknik
pengendalian didasarkan atas biaya atau input yang diperlukan. Pengendalian
hama dan penyakit juga mempertimbangkan ekologi atau lingkungan. Penyuluh,
pekerja, sasaran pengobatan dan instansi terkait semuanya bertanggung jawab
atas keberhasilan penanggulanggan hama
dan penyakit karet. Sebaliknya penerapan teknik yang tidak tepat justru akan
mengakibatkan kerugian dari segi biaya, tenaga maupun waktu. (Wudianto,1990).
Pengelolaan penyakit dan hama
pada tanaman karet yang diterapkan di PTP Nusantara VII (Persero) Unit Usaha Beringin
adalah pengelolaan secara fisik, mekanik dan cara kimia dengan menggunakan
pestisida maupun non kimia.
Hama dan penyakit yang menyerang tanaman karet sejak pembibitan (TBM) hingga
tanaman menjadi dewasa (TM) menyebabkan kerusakan fatal bagi tanaman karet.
Oleh karena itu perlu dikontrol hama
dan penyakit pada tanaman karet sejak awal tanam hingga tanaman dewasa sangat penting.
Kondisi cuaca di daerah khatulistiwa dicirikan oleh kelembaban tinggi
suhu yang tinggi dan suhu yang tinggi. Kondisi ini sangat sesuai bagi
pertumbuhan dan perkembangbiakn hama
dan penyakit yang menyebabkan gangguan terhadap tanaman karet alam. Sifat
serangan hama
pada umumnya tidak terlalu merugikan secara ekonomis seperti kutu lac (Laccifer),Meal bugs , belalang, rayap, laba-laba, semut, siput ataupun Hacoleia (Lamprosema) diemenalis.
Sebaliknya serangan penyakit lebih berbahaya karena dapat menimbulkan hal yang
fatal bagi pertumbuhan sekaligus produksi lateks.
Selama pengamatan di lapang terdapat beberapa hama dan penyakit yang menyerang pertanaman
karet. Hama
yang ditemukan adalah babi hutan, kera dan beruk, kambing dan sapi, dan rusa
atau kijang. Penyakit yang ditemukan di Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) adalah
penyakit jamur akar putih, jamur upas, penyakit gugur daun, Oidium, dan penyakit daun Helminthosporium. Penyakit yang
ditemukan di Tanaman Menghasilkan (TM) adalah penyakit Mould Rot, Black strip,
lump kanker atau spot kanker, Brown Bast
(B.B), penyakit kanker garis, penyakit Kanker Alur Sadap (KAS), dan karena
angin.
Pengendalian dan pencegahan serangan babi
hutan dilakukan dengan : Pengendalian babi hutan tergantung dari:
- Keadaan
lingkungan/habitat
- Populasi
- Kerusakan
Hal yang perlu diperhatikan dalam sistem
pengendalian babi hutan adalah organisasi dan koordinasi antara pihak petani,
aparat pemerintah setempat dan pihak swasta. Pengendalian babi hutan bisa dilakukan dengan
beberapa cara antara lain:
- Sanitasi
1. Membersihkan
semak belukar alang-alang
2.Membersihkan air yang tergenang
3. Membersihkan kebun yang kotor
- Fisik/Mekanik
1. Memagar
tanaman: pagar kayu di sekitar areal tanaman, pagar individu
(jika mungkin
dengan kayu, kawat anyam, pagar tutup drum)
2. Membuat
parit di sekitar tanaman
3. Memasang
jerat/perangkap
4. Memasang
jaring
5. Mengusir dengan bunyi-bunyian
6. Memburu
dengan tumbak, tali, jaring, anjing pemburu
7. Memasang umpan berpancing misalnya
menggunakan ubi jalar, ubi kayu,
pisang,
cempedak, bangkai hewan
- Biologis
1. Parasit: Penggunaan parasit untuk mengendalikan
babi kurang efektif
karena dengan
cara pengendalian ini dikhawatirkan babi yang telah terparasit dan sakit bisa
menularkan penyakitnya ke manusia
2. Predator:
Manusia
- Kimiawi
Penggunaan umpan beracun: Umpan
dilubangi, racun dimasukkan
kemudian lubang
ditutup kembali. Umpan yang telah disiapkan sebanyak
10-15 potong
diletakkan pada daerah jelajah /jalan yang biasa
dilewati babi
berkelompok. Pemasangan umpan sebaiknya dilakukan pada sore hari. Umpan tidak
boleh disentuh dengan tangan langsung, karena bisa membahayakan. Apabila
pengumpanan berhasil dan ada babi hutan yang mati, bangkainya harus segera
dikubur. Jika lebih dari 3 hari, umpan tidak disentuh oleh
babi dan
tanaman masih rusak segera ganti umpan. Contoh racun
babi
adalah Zinc Phosphate.
Hama
lainnya yang ditemui adalah kera atau beruk. Pengendalian yang perlu dilakukan
:
- Diusir
Untuk mengusir kera dan beruk dari kebun
karet dapat dilakukan dengan cara diburu, digantungkan kera atau beruk mati
dipohon-pohn dalam kebun, atau ditaburkan kapur barus disekeliling kebun yang
dekat dengan hutan. Anjing sering dipakai dalam memburu kera dan beruk.
- Ditangkap
Kera atau beruk bisa ditangkap dengan jerat
kawat atau jerat tali yang diletakkan atau dipasang berdekatan dengan umpan.
Selain jerat hama
ini bisa ditangkap engan kurungan yang terbuat dari kayu atau bambu yang di
dalamnya diberi umpan sebagai pengikat. Hewan ini juga dapat diberi umpan dengan madu
atau nanas.
Pengendalian hama sapi bisa dihalau atau di usir bila
ada di tanaman menghasilkan atau
disepanjang pembibitan dibuat kawat (Tumbuhan Belum Menghasilkan).
Pengendalian hama rusa atau kijang dapat
dilakukan dengan :
- Diusir atau dihalau
-
Rusa dan kijang diusir dengan bunyi kentungan yang dipukul pada malam
hari.
-
Rusa diusir dengan bantuan anjing pemburu.
-
Disekitar kebun karet diletakkan kotoran atau kulit
harimau yang dibungkus dengan kain. Bungkusan tersebut diletakkan dijalan yang
dilalui oleh rusa atau kijang. Bahan lain yang bisa menggantikan kotoran
harimau adalah campuran belerang dan bawang merah yang telah digiling halus dan
dimasukkan ke dalam belahan jeruk nipis.
-
Untuk menghalau rusa dan kijang, disekitar areal
kebun dipasang orang-orangan ini digerakkan dari suatu tempat yang tidak
kelihatan oleh binatang-binatang.
-
Kebun karet dan sekitarnya dibersihkan dari semak
belukar. Kebun yang dekat dengan hutan harus dijaga kebersihannya agar tidak
dijadikan sarang rusa atau kijang.
- Dibuat pembatas
-
Dibuat pagar setinggi minimum 1,5 m dari kayu atau bambu yang disusun
rapat seperti untuk mencegah babi hutan.
-
Jika cara diatas tidak efektif , dibuat tembok dari bata atau tanah yang
sudah dibentuk. Pembutannya sama dengan untuk mencegah serangan babi hutan.
Selain hama, penyakit dirasa
paling banyak merugikan pihak PTP Nusantara VII. Salah satunya penyakit Jamur
Akar Putih (JAP). Penyakit ini menyerang akar tanaman dan gejala awal tidak
dapat terlihat karena berada didalam akar. Pengendaliannya dapat dilakukan :
1. Cara
pencegahan penyakit jamur akar putih adalah:
a. Satu meter
di sekitar tanaman karet harus bersih dari sisa-sisa akar dan
tunggul tanaman
lainnya. Sisa akar dan tunggul ini harus dibongkar dan
dibakar supaya
tidak menjadi sumber penyakit.
b. Menanam
tanaman penutup tanah minimal satu tahun lebih awal dari
penanaman
karet. Tanaman yang dianjurkan adalah jenis kacang-kacangan
seperti Calopogonium
muconoides atau C. caeruleum, Centrosema pubescens, Pueraria javanica.
c.
Sebelum penanaman, lubang tanam ditaburi biakan jamur Trichoderma
harzianum
yang telah dicampur
dengan kompos sebanyak 200 gram per
lubang
tanam (1 kg T. harzianum dicampur dengan 50 kg kompos/pupuk
2. Cara
pengendalian penyakit jamur akar putih pada areal pertanaman karet yang
sudah terserang
adalah:
a. Dari hasil
pemeriksaan leher akar tanaman yang dicurigai dapat diketahui
tingkat
serangan jamur akar putih. Tanaman yang terserang berat atau telah mati/tumbang
harus segera dibongkar secara menyeluruh dan dibakar di luar areal pertanaman.
Sisa-sisa akar harus dibersihkan kemudian bekas lubang dan 4 tanaman di
sekitarnya ditaburi dengan Trichoderma harzianum yang telah
dicampur dengan pupuk kandang sebanyak 200 gram per lubang atau tanaman.
b. Tanaman
sakit dengan tingkat serangan ringan masih dapat diselamatkan
dengan cara membuka
dan membuat lubang tanam 30 cm di sekitar leher
akar dengan
kedalaman sesuai serangan jamur. Benang-benang jamur yang menempel pada akar
dikerok dengan alat yang sudah tumpul agar tidak melukai akar, bagian akar yang
sudah busuk dipotong dan dikumpulkan untuk dibakar.
c. Tanaman yang telah diobati diperiksa kembali 6
bulan setelah pengolesan
dengan membuka leher akar.
Jamur upas disebabkan oleh jamur Upasia salmonicolor, pengendalian jamur
upas ini dapat dilakukan dengan cara yaitu pada daerah yang rawan penyakit ini
ditanam klon yang resisten seperti AVROS 2037, BPM 1, BPM 24, dan PR 261, jarak
tanam tidak terlalu rapat, pemupukan dilakukan sesuai dosis anjuran, perbaikan
drainase kebun dan pengendalian gulma, pemotongan cabang yang
telah mati pada
musim kemarau, pelumasan fungisida pada cabang-cabang yang menunjukkan gejala
awal yaitu pada permukaan kulit sampai bagian yang masih sehat. Apabila ada
bagian kulit yang busuk, harus dikupas sampai bagian yang masih sehat. Fungisida yang direkomendasikan antara
lain Fylomer 90, 0,5%, Calixin RM dan Dowea 262.
Penyakit gugur daun dapat dikendalikan
dengan cara sebagai berikut: Mencegah timbulnya penyakit daun dengan menanam
3-4 jenis klon anjuran yang resisten dalam satu areal pertanaman. Klon yang
dianjurkan seperti PR 261, RRIC 100, BPM 1, BPM 24, BPM 107, BPM 109, PB 260,
klon seri IRR 00, dan IRR seri 100.
Selain itu
penyakit yang ditemukan Oidium,
penyakit ini disebabkan oleh cendawan Cidium
heveae menyerang daun-daun yang muda. Pemberantasan penyakit ini dilakukan dengan penyerbukan belerang atau
Dithane M.45 penyerbukan dilakukan bila ±10 % dari pohon-pohon di dalam kebun
telah membentuk tunas baru setelah terlihat adanya bercak-bercak oidium untuk pertama kalinya.
Penyakit Daun Helminthosporium penyakit daun ini disebabkan
oleh cendawan Helminthosporium heveae,
terutama menyerang daun tanaman karet di pembibitan.
Pemberantasannya dilakukan dengan penyemprotan fungisida Carbamate yang
menganung Zink dengan nama dagang ZINEB
atau yang mengandung Mangan dengan nama dagang MANEB. Kosentrasi larutan
air = 0,2 % dan rotasi penyemprotan 1× seminggu. Penyemprotan dilakukan terus
menerus hingga daun-daun yang baru terbentuk bebas dari bercak-bercak cendawan.
Penyemprotan yang terus-menerus terutama diperlukan terhadap pembibitan yang
mengalami serangan berat yang akan dipergunakan unutk pemberantasan hama
penyakit tanaman. Penyakit yang disebabkan di atas ditemukan
pada Tanaman Belum Menghasilkan.
Penyakit Mouldy Rot disebabkan oleh Ceratocystis fimbriata, mula-mula
tampak selaput tipis berwarna putih pada bidang sadap di dekat alur
sadap.Penyakit ini ditemukan di Tumbuhan Menghasilkan (TM). Pengendaliannya
dilakukan dengan : di daerah yang
beriklim basah atau daerah rawan penyakit ini dianjurkan menanam klon yang
resisten seperti GT 1 atau AVROS 2037, jarak tanam tidak terlalu rapat,
perbaikan drainase kebun dan pengendalian gulma, pemupukan sesuai dosis anjuran
agar tanaman tetap sehat, hindari penyadapan yang terlalu dalam agar kulit
cepat pulih. Setiap dilakukan penyadapan, pisau sadap dicelupkan ke dalam
larutan fungisida atau
desifektan untuk mencegah terjadinya penularan. Fungisida yang dianjurkan
antara lain Bavistin 50 WP 2 %, Derosol 60 WP 0,1 %,
Topsin M 75 WP 2%, Benlate 50 WP 0,5 %, Indofol 476 F 2%, Difolatan 4 F 2% dan
Difolatan 80 WP 2 %.
Selain penyakit Mould Rot, penyakit lump kanker ini berupa bekuan lateks terdapat
di bawah kulit akibat luka-luka kayu yang terjadi oleh sesuatu hal diinfekter
oleh jamur.Pengendalian penyakit ini dilakukan dengan bekuan lateks yang
terdapat di bawah kulit dilepaskan kemudian dikumpulkan untuk dibakar di suatu
tempat. Luka-luka yang terjadi, dibersihkan sampai pada bagian yang sehat,
kemudian dilumasi dengan Difolatan 1-2 %. Rotasi pengobatan sekali
2 hari sampai penyakit sembuh.
Penyakit lain yang ditemukan adalah Black strip menyerang bidang deresan
yang berupa strip-strip merah yang memanjang dari atas ke bawah bidang deresan.
Pengendalian yang dilakukan dengan :
1). Bila serangan ringan
a). Segera setelah penderasan pada setiap hari deres, bidang sadapan
diobati dengan Difolatan 2 % atau dengan Antimucin WBR 0,25% di atas dan di
bawah derasan.
b). Pisau deras supaya didesinfacter dengan Difolatan 1% atau dengan
Antimucin 0,2 % setiap ganti pokok.
c). Bila pohon yang telah sembuh maka bidang deresan ditutup Soconifet
CP. 2295 A atau Grease free acid.
2). Bila serangan berat
a). Bersihkan bidang sadapan yang busuk oleh penyakit Black Strip,
kemudian dilumasi dengan Difolatan 2 % atau dengan Antimucin WBR 0,25 % untuk
mencegah penyebaran penyakit.
b). Pisau deres didesfinfecter setiap pindah pokok dengan Difolatan 1 %
atau dengan Antimucin 0,2 %.
Penyakit Lump Kanker ini berupa bekuan
lateks terdapat di bawah kulit akibat luka-luka kayu ang terjadi oleh sesuatu
hal diinfekter oleh jamur. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan : bekuan
lateks yang terdapat di bawah kulit dilepaskan kemudian dikumpulkan untuk dibakar
di suatu tempat. Luka-luka yang terjadi, dibersihkan sampai pada bagian yang
sehat, kemudian dilumasi dengan Difolatan 1-2 %. Rotasi pengobatan sekali 2 hari
sampai penyakit sembuh.
Penyakit kanker garis yang disebabkan
oleh Phytophthora palmivora diawali dengan adanya selaput tipis berwarna
putih dan tidak begitu jelas menutupi alur sadap. Pengendalian dilakukan dengan cara pada daerah yang sering mengalami serangan kanker
garis harus menanam klon yang tahan (PR 300 dan PR 303), jarak tanam tidak
terlalu rapat , pemupukan dilakukan sesuai dengan dosis anjuran, hindari
penyadapan yang terlalu dekat dengan tanah, pisau sadap diolesi dengan
fungisida atau larutan desinfektan sebelum dilakukan penyadapan, pada tanaman
yang sudah menunjukkan gejala serangan dilakukan pengolesan fungisida di
sepanjang jalur selebar 5-10 cm diatas dan dibawah alur sadap
dengan kuas. Fungisida
yang dianjurkan antara lain Difolatan 4F 2%, Difolatan 80 WP 2%, Demosan 0,5%
atau Actidione 0,5%.
Kering Alur Sadap merupakan penyakit
fisiologis yang relatif terselubung, karena secara morfologis tanaman tampak
sehat, malah seringkali menampakkan pertumbuhan tajuk yang lebih baik
dibandingkan tanaman normal, tetapi kulit tidak mengeluarkan lateks bila
disadap. Pengendaliannya dapat dilakukan dengan:
- Menghindari penyadapan berat dan
pemberian stimulan yang berlebihan.
- Waktu dan intensitas penyadapan sesuai
anjuran.
- Mengikis atau
mengerok kulit bidang sadap (bark scrapping) yang bergejala KAS
menggunakan pisau sadap hingga kedalaman 3-4 mm dari kambium pada hari ke 0
tehnik pengikisan sama dengan prinsip penyadapan.
- Menyadap
kulit sehat dapat diteruskan setelah 12 bulan sejak scrapping dilakukan dan ketebalan kulit mencapai lebih 7 mm.
Penyadapan dapat dilakukan setelah kulit pulih sempurna.
4.1 Kesimpulan
Dari hasil pengamatan dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa :
1. Pengelolaan penyakit
dan hama pada tanaman karet yang diterapkan di PTP Nusantara VII (Persero) Unit
Usaha Beringin adalah pengelolaan secara fisik, mekanik dan cara kimia dengan
menggunakan pestisida maupun non kimia.
2. Sifat serangan hama pada umumnya tidak terlalu merugikan secara ekonomis
seperti kutu lac (Laccifer),Meal bugs , belalang, rayap, laba-laba,
semut, siput ataupun Hacoleia
(Lamprosema) diemenalis, sebaliknya
serangan penyakit lebih berbahaya karena dapat menimbulkan hal yang fatal bagi
pertumbuhan sekaligus produksi lateks.
3. Dari semua penyakit yang ditemukan di tanaman karet milik PTPN VII
(Persero) yang paling cukup merugikan adalah penyakit akar putih.
4.2 Saran
Saran menurut pendapat saya yang perlu dilakukan adalah :
1.Perlu dilakukan penanganan yang intensif, teratur, dan teliti dalam
mengendalikan hama dan penyakit tanaman.
2. Sebaiknya dalam penyadapan sebagai pekerja bener-benar harus
memperhatikan tahap-tahap dalam penyadapan sehingga produksi lateks tidak
berkurang.
3. Alat-alat di pabrik harus diperhatikan sehingga sewaktu pengolahan tidak
mengalami hambatan.
4. Sebelum pengelolaan sebaiknya kondisi kebersihannya harus dijaga agar
menghindari infeksi yang ada sewaktu terbawa di lapang.
5. Setiap mandor wajib turut lapang dan aktif dengan pekerja sehingga
apabila ada kendala-kendala dapat diberitahukan dengan mandor, dan mandor pun
siap melaporkan kepada atasan untuk mencari jalan keluar yang baik.
Beberapa ini saya lampirkan sedikit foto yang saya abadikan dikamera.
Gambar
1. Jamur Upas pada tanaman karet di Wilayah II AUR Beringin
Gambar
2. Kering Alur Sadap (KAS)
Gambar
3. Jamur Akar Putih (JAP)
Gambar 4. Penyakit Brown Bast (B.B) terjadi
akibat gangguan fisiologis.
Gambar 5. Penyakit Oidium di Wilayah I
Senuling, tampak jelas daun muda yang terserang menjadi lemah dan tepinya
mengeriting.
Gambar 6. Kondisi di pemibibitan Wilayah I Senuling
Gambar 7.Teknik
isolasi untuk mencegah penyebaran yang disebabkan oleh penyakit akar putih.
Gambar 8. Pengendalian secara fisik yaitu dengan memagar tanaman dengan kayu untuk
mencegah babi hutan.
Nah itu dia gambaran dan sejarah pengalaman serta ilmu yang saya dapat di PTPN VII, seru bukan ... Pasti nya dong ditambah lagi pengalaman kami ke daerah Senuling yang cukup jauh dari pabrik yang bisa memakan waktu sejaman lebih ditambah jalan yang berbatu, berlubang dan ditambah kalo hujan becek dah (hujan gak ada ojek hufffttt.. gaswhattttt..... nyanyi Cinta Laura Donk) pokoknya parah bangettzz. Guesst what? Yang lebih parah lagi perjalanannya menggunakan Truk yang berisi lateks berton-ton, kebayangan gak gimana tuh jadinya, tapi justru disitulah tantangan kami yang menjadikan seru pengalaman. Seketika itu apabila tidak ada tumpangan truk kami menggunakan motor sebagai alat transportasi,, dingin panas sudah dilalui dengan cukup gembira walaupun hati dongkol tapi ilmu dan pengalaman itu menutup rasa dari semua itu yah maklum aja kan disana bukan untuk refreshing tapi untuk belajar mendewasakan diri dan membentuk karakter. Ya begitulah suka duka saya selama praktik umum di PTPN VII Unit Usaha Beringin Sumatera Selatan ^0^.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar